Teori Metode Konstruksi Piramida yang Cerdas


Barangkali inilah misteri ribuan tahun yaitu tentang bagaimana piramida ini dibangun yang menarik banyak pihak untuk menyampaikan teorinya dari yang bersifat metafisika hingga melalui penelitian ilmiah. Lebih menarik lagi, temuan demi temuan ternyata memiliki kesamaan dengan salah satu kitab suci.

Semakin tua sejarahnya, semakin memiliki misteri yang bikin penasaran yang tentu menarik banyak orang untuk mempelajarinya. Itulah Piramida Khufu’ di Giza – Mesir. Selain sejarah, design, dan keistimewaannya yang telah dibahas pada posting sebelumnya (klik disini), orang lalu penasaran bahwa bagaimana bangunan yang terlihat sederhana namun luar biasa ini dibangun dengan mempertimbangkan keterbatasan teknologi konstruksi pada masa itu.
Telah ada banyak pendapat orang mengenai teori metode konstruksi piramid ini. Berdasarkan penelusuran, berikut beberapa teori mengenai cara pebangunan piramida Khufu’:
Dibangun oleh makhluk planet lain atau Alien (Erich Von Daniken)
Dibangun oleh manusia raksasa dengan tinggi 7-9 m yang disewa Fir’aun
Dibangun dimana proses transportasi batu dengan menggunakan tenaga manusia yang dibantu dengan cairan pelumas.
Piramida dibangun oleh perabadan yang lebih maju dimana rahasianya disimpan dalam “ruang rahasia” di kaki Sphinx dan menghilang. Ada juga yang mengatakan bahwa generasi ini hilang diterjang oleh badai Nabi Nuh.
Penelitian terbaru menyebutkan bahwa sebagian batu dibuat dari tanah liat yang dicor dan dipanaskan dengan cara dibakar (Prof. Davidovits – 1981)

Analisis Gambar Elektronik Batu Piramida
Penelitian oleh beberapa ilmuan dunia ada tahun 2006 yang dipulikasikan di Journal of The American Ceramic Society mendukung pendapat Prof. Davidovits.
Ilmuwan Belgia bernama Guy Demortier mengatakan bahwa piramida yang terletak di Mesir dibuat dengan menggunakan tanah liat.”
Sebuah penelitian yang luas tentang piramida Bosnia, “Piramida Matahari” dan menjelaskan bahwa batu-batunya terbuat dari tanah liat.
Profesor Gilles Hug, dan Michel Profesor Barsoum menegaskan bahwa Piramida yang paling besar di Giza, terbuat dari dua jenis batu: batu alam dan batu-batu yang dibuat secara manual alias olahan tanah liat.
Selain itu, dalam bukunya “Ils ont bati les pyramides” (cara membangun piramida) yang diterbitkan tahun 2002, Profesor Davidovits mereka ulang mekanisme konstruksi sederhana geometris dari lumpur. Beberapa penelitian menegaskan bahwa tungku atau sejenis kompor telah digunakan pada zaman dahulu untuk membuat keramik dan patung-patung. Secara umum, setelah tanah liat dicampur dengan logam dan bahan alami lainnya, lalu dibakar dengan nyala api, sampai patung itu mengeras menyerupai bentuk batuan nyata.

Gambar salah satu sisi piramida yang terkena erosi
Pendapat Davidovits juga dipertegas oleh Mario Collepardi, seorang Profesor dari Italia yang mengkhususkan diri pada penelitian arsitektur piramida. Ia meyakini bahwa Firaun menggunakan tepung kapur yang tersedia dalam jumlah melimpah di daerah mereka, dicampur dengan tanah biasa. Kemudian mereka menambahkan air dari sungai Nil dan menyalakan api hingga suhu 900 derajat Celcius. Proses pemanasan ini memberi kekuatan pada batu dan menjadikannya mirip dengan batuan alami.
Adapun proses penyusunan blok-blok tanah liat tersebut sebelum dipanaskan, guna membentuk bangunan piramida. Yaitu dengan membangun lereng (ramp) dari bahan kayu mengelilingi konstruksi piramida, sehingga memudahkan para pekerja melakukan proses pengangkutan bahan baku tanah liat/lumpur ke berbagai ruas bangunan piramida. Sehingga dengan cara ini, tidak diperlukan lagi puluhan ribu pekerja untuk membangun sebuah piramida.

 
Ilustrasi Cara Membangun Piramida Khufu (Davidovits)

Menurut Houden: “Piramida di bangun dari dalam, di bagian dalam terdapat sebuah landaian atau lereng. Menurutnya hingga selesai dibangun, bahan bangunan yang diperlukan di angkut ke atas dari lereng bagian dalam, sebuah koridor bagian dalam. Piramida paling panjang mencapai 1.6 km. Menurutnya  pekerja bangunan menempatkan granit dan gamping (batu kapur) ke setiap bagian Piramida dengan menggunakan seperangkat alat keseimbangan berat.

 
Metode konstruksi piramida dengan Spiral Ramp System

Menurut laporan situs-net Xinhua, Sekretaris jenderal dewan tertinggi tentang benda budaya Mesir yakni doktor Jasey Hawass mengumumkan bahwa hasil temuan arkeologi terbaru menunjukkan, bahwasannya Piramida itu dibuat oleh buruh dan bukan oleh budak karena ditemukan alat-alat kerja di makam mereka.
Terakhir yang cukup mengejutkan adalah referensi dari kitab suci Al-Qur’an dalam Surah Al-Qashash : 38 – “Dan berkata Fir’aun: Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk orang-orang pendusta.”
Pada tahun 1799, rahasia hieroglif Mesir kuno terpecahkan melalui penemuan sebuah prasasti “Batu Rosetta.” yang berasal dari 196 SM dimana ditulis dalam tiga bentuk tulisan: hieroglif, demotik (bentuk sederhana tulisan tangan bersambung Mesir kuno) dan Yunani. Dengan bantuan naskah Yunani, tulisan Mesir kuno dapat diterjemahkan oleh orang Prancis bernama Jean-Françoise Champollion. Ketika hieroglif terpecahkan, diketahui bahwa Haman adalah seorang pembantu dekat Fir’aun, dan “pemimpin pekerja batu pahat”.

Gambar Pekerja Bangunan Mesir Kuno

Kesimpulan
Keistimewaan Piramida Khufu memang luar biasa. Dari designnya yang menjadi bangunan tertinggi di dunia saat itu, simbol-simbol makna geometri dan astronomi, tingkat akurasi yang luar biasa, hingga cara pembuatannya telah begitu mempesona dunia. Sehingga layak menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia dan memiliki sumber ilmu yang cukup tinggi untuk terus digali dan dipelajari.